Sunday 28 June 2015

10 Menit Bersama Legenda: Solusi Untuk Persiraja

Tim Persiraja Banda Aceh 2015


"Ini bukan lagi era saya, saya sudah habis masa bermain untuk tim ini, saya hanya ingin melihat anak-anak latihan, semoga mereka sudah semakin berkembang," ucap M. Daan dengan suara yang serak-serak basah seiring usianya yang sudah mencapai 66 tahun saat melewati lorong masuk ke Stadion H. Dimurthala, Banda Aceh.

Tubuh tinggi nan kekarnya masih terlihat dan menggambarkan bahwa dirinya pernah menjadi pujaan masyarakat Aceh bahkan Indonesia pada era 1970-1980an. M. Daan sukses menyedot perhatian publik Indonesia pada tahun 1976. Kala itu Persiraja melawan Persebaya di Stadion Menteng, Jakarta Pusat. 

Pria kelahiran Aceh Besar, 17 September 1949 ini saat memperkuat Persiraja ia bermain sebagai striker. Sepanjang karirnya, fanatisme daerah membuatnya betah di Persiraja. Ia tak hengkang ke klub lain, meski finansial menggodanya.

Tendangannya dari titik tengah lapangan berhasil menjebol gawang Persebaya. Sejak gol itu ia dilebel sebagai pesepakbola dengan tendangan geledek atau tendangan maut”. "Karena gol itu saya diberi hadiah satu unit sepeda motor dari pengusaha Aceh, Yusuf Gadeng," kisahnya.

M. Daan juga menceritakan, bahwa pada masanya kepedulian dari pemerintah juga kurang untuk Persiraja. "Dulu Gubernur dan Walikota juga tidak membantu Persiraja," katanya. Dirinya juga menawarkan solusi untuk belajar dari sejarah masa lalu, kenapa dulu Persiraja bisa sukses.

M. Daan


"Kalau sekarang sistemnya kontrak pemain, zaman kami dulu kalau sudah berprestasi diberi kerja, sekarang saya pikir bisa juga sebenarnya, saya yakin mereka bisa dan mau main di Persiraja walaupun tidak dikontrak, ya seperti saya katakan tadi, diberi pekerjaan," tegasnya.

Lebih lanjut, pria yang sudah tidak muda lagi ini mengatakan kalau financial kurang, pemerintah bisa membantu Persiraja dengan cara lain. "Persiraja bukan punya pribadi, ini punya masyarakat, punya walikota, kalau mereka membantu, sama dengan membuka lapangan kerja."

"Pemerintah khususnya kalau ingin bantu Persiraja, kan tidak mesti harus dengan uang juga, berikan tempat mereka di dinas-dinas, rekrut mereka untuk duduk di dinas-dinas, kan cukup itu, gak banyak ini pemain Persiraja, cuma sekitar 20an saja, PDAM, PU, Dinas Pendapatan dan yang lainnya pasti bisa menampung, mereka bekerja juga untuk nama baik daerah ini," lanjut M. Daan.
Berkat permainannya yang menawan ia bersama rekannya mampu membawa nama Indonesia melambung tinggi. M. Daan juga merupakan salah satu pemain Persiraja yang ikut memberikan gelar juara Perserikatan musim 1980-1981 untuk tim Laskar Rencong ini. 

Tepatnya tanggal 31 Agustus 1980 di partai final Persiraja mengalahkan Persipura Jayapura dengan skor 3-1 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Gol Persiraja dicetak oleh Rustam Syafari 45', Bustamam 55' dan 81'. Sementara gol tunggal Persipura dicetak oleh Leo Kapisa pada menit ke 15.

"Dulu kami main bola juga tidak ada uang, kalau ke Jakarta misalnya, ada orang-orang Aceh dermawan disana datang memberi kami jajan, misalnya 500 ribu, itu sangat banyak pada sekitar tahun 1970an, kami kumpulkan, nanti ada orang lagi yang kasih, kami kumpul lagi, begitu caranya." 

Sekitar 10 menit berbicara masa lalu dan solusi untuk hari ini, jelas kepeduliaan tokoh sepakbola Aceh dan nasional ini menjadi hal yang perlu dipertimbangkan untuk kemajuan sepakbola di tanah Aceh. Sudah saatnya semua lapisan masyarakat untuk turun tangan dan memberikan dukungan kepada tim kebanggaan masyarakat Aceh ini.

No comments:

Post a Comment

Subscribe

Total Visitor Blog

Flickr