Wednesday 1 July 2015

Keikhlasan Seorang Mahmudi

RASANYA belum lengkap berbicara Persiraja Banda Aceh sebelum mengenal sosok seorang yang bisa disebut paling berpengaruh bagi tim Orange ini, namanya Mahmudi, mungkin sebagian orang mengenal fisiknya, tapi tidak mengetahui namanya. Karena namanya jarang disebut dalam setiap pertandingan.

Mahmudi


Bermula saat launching team Persiraja Banda Aceh beberapa waktu lalu untuk menghadapi musim Divisi Utama 2015. "Official tim selanjutnya adalah, Mahmudi. Dialah orang yang sangat berjasa untuk Persiraja saat ini," demikian kata protokol saat pengenalan tim dan kostum Persiraja beberapa waktu lalu.

Mahmudi diketahui adalah pria kelahiran Garut Bungoeng, Kec. Geulumpang Baroe, Sigli. Kelahiran 20 Mei 1989. Sejumlah pengalaman pahit manis tentu sudah dilaluinya bersama Persiraja, baik ketika bermain kandang, maupun tandang. "Saya bergabung menjadi official Persiraja pada 2010, sebelumnya sejak 2008 saya bersih-bersih Stadion H. Dimurthala," kata pria tampan yang lincah ini.

Tekatnya dari Sigli ke Banda Aceh adalah untuk membahagiakan orang tua. "Beruntung saya bertemu dengan bang Burhan di Banda Aceh, tahun 2008 saya ke Banda Aceh hanya dengan modal Rp. 200 ribu, saya berjumpa dengan beliau, beliau mengajak saya bersih-bersih stadion, beliau memberi saya jajan dan bisa bertahan di Banda sampai hari ini, orang tua saya juga kurang mampu," kata Mahmudi penuh perasaan.

Pada awal-awal kehidupannya di Banda Aceh, Mahmudi menceritakan betapa pahitnya hidup, hingga untuk makan siang, pernah bersama bang Burhan untuk makan siang harus menjual darah ke PMI. "Di Persiraja juga pernah tidak ada duet sepersen pun untuk beli rinso, apa boleh buat, jalani saja, sabar."

Tubuhnya yang tidak begitu tinggi membuat Mahmudi seakan bisa masuk kemana saja, begitu dalam tugasnya di Persiraja. Tentu tidak mudah menjadi seorang Mahmudi, menjadi official tim, Mahmudi menangani sendiri setiap kebutuhan Persiraja. Mulai dari obat-obat untuk pemain yang cedera, hingga mencuci baju pemain. 

"Bagi saya di Persiraja saat ini yang tengah krisis, hanya dari niat dan keikhlasan untuk membantu Persiraja, karena ada lebih kurang juga, kita sama-sama saling membantu, memang seharusnya juga ada tukang kusuk satu orang, tapi sekarang tidak. Semua sekarang saya sendiri," kata pria yang juga memiliki licensi wasit C2.

Mahmudi yang tampil apa adanya setiap hari dalam latihan Persiraja, selalu siap membantu apa yang kurang dari tim Laskar Rencong ini, misalnya, seperti Sabtu (11/4) disaat pelatih kiper berhalangan, dia langsung merangkap menjadi pelatih kiper dan membantu para penjaga gawang Persiraja latihan. 

Bukan hal yang mudah untuk menjadi official yang multi fungsi walau kadang-kadang sampai tak digaji, namun kesabaran dan keikhlasan seorang Mahmudi patut diberi apresiasi lebih yang sudah berbakti untuk tim kebanggaan masyarakat Aceh.  

Disamping itu, bapak yang baru memiliki seorang anak ini juga sering menjadi wasit sepakbola ketika Persiraja sedang libur. "Kalau sedang tidak ada kegiatan di Persiraja saya biasa jadi wasit, untuk cari rezeki. Alhamdulillah saat ini sudah dapat SK dari Pemko untuk kerja di Stadion Lampineung." ujarnya.

Mahmudi berpesan kepada seluruh pemuda di Aceh dan pemain Persiraja khususnya agar terus berlatih, bekerja sebaik mungkin, dan jauhi hal yang dilarang seperti narkoba dan sejenisnya, karena dalam kompetisi ini bisa saja ketika bagus penampilan di klub Persiraja akan lebih mudah untuk dilirik oleh klub-klub papan atas lainnya untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi. "Saat ini yang masih muda-muda, ukirlah prestasi setinggi mungkin, dan jangan pernah lupa dari mana kamu berasal."

No comments:

Post a Comment

Subscribe

Total Visitor Blog

Flickr