Saturday 25 July 2015

Munawardi Ismail; Sosok Dibalik Kesuksesan Martunis

Martunis Ronaldo
Martunis dan Munawardi


AWAL Juli 2015 sebuah catatan penting ditoreh seorang anak Aceh yang bernama Martunis dan sepak bola dunia. Anak angkat pemain terbaik dunia Cristiano Ronaldo tersebut, mendapat kesempatan untuk menimba ilmu di sebuah klub ternama di Portugal tempat ayah angkatnya memulai karir sebagai pemain sepakbola. Apalagi kalau bukan Akademi Sporting Lisbon.

Pada tanggal 1 Juli 2015 malam waktu Portugal, Martunis di hadapan ribuan fans dan petinggi klub serta pemain, dengan menggunakan jas resmi Sporting Lisbon langsung diperkenalkan di atas panggung oleh pihak klub tersebut. Tak ada yang menyangka sebuah video tentang kehidupan Martunis di Aceh pun diputarkan, bahkan kehadiran Martunis menjadi hadiah spesial dalam perayaan ulang tahun ke 109 klub tersebut.


Sorotan tajam media-media besar membuat seorang anak kelahiran Aceh ini menjadi perbincangan hangat di media sosial, bahkan sempat menjadi trending topik di media sosial twitter.




Sebuah pertanyaan pun muncul dalam setiap hati masyarakat yang mengetahui tentang keberadaan Martunis yang kembali menghebohkan jagad. Mungkinkah Ronaldo sebagai ayah angkatnya yang mengurus keberangkatan Martunis ke Portugal?. Semua orang mungkin akan bergeleng-geleng dengan kesibukan Cristiano Ronaldo dan jadwal padatnya.


Setiap kesuksesan, pasti ada yang mendukungnya. Mungkin itulah kata yang tepat untuk penghargaan kepada seorang Jurnalis Aceh yang bekerja di salah satu media ternama di Indonesia. Saat koran ini membuat janji untuk melakukan wawancara dengannya, kami pun disambut dengan baik. 


Sebuah mobil Kijang Kapsul miliknya terparkir rapi bersama sederetan mobil dan kendaraan lainnya di sebuah kantor. Tak lama kemudian saat wartawan koran ini masuk, wajah gembira dari seorang yang telah berhasil mendukung karir Martunis ini memang tak mampu ditutupi lagi, wajah pria berperawakan putih dengan badan yang tidak terlalu tinggi menjadi ciri khas dari lelaki yang sudah bersama Martunis sejak anak ajaib itu berusia delapan tahun.


Namanya Munawardi Ismail, walau sama-sama berawalan dari huruf 'M', tetap harus diakui, garis tangan keduanya berbeda. Namun, sepakbolalah yang mempertemukan keduanya dalam sebuah persahabatan tanpa batas. 


Melihat Martunis yang makin dikenal oleh publik dunia, membuat raut kebahagiaan juga terpencar dari wajah seorang Munawardi. Apalagi begitu wajah dan kisah Martunis menghiasi sejumlah media-media besar dunia jelas terpancar 


Berbicara panjang lebar, ternyata dalam kebersamaannya bersama Martunis yang memiliki cita-cita tinggi, si empunya Kijang Kapsul Kuning harus bekerja ekstra. Beberapa tahun lalu juga, dirinya bersama Martunis diundang untuk talk show pada acara Hitam Putih di televisi Nasional.


Tidak hanya itu, perannya juga berlanjut dalam mendampingi Martunis menghadiri berbagai undangan lain, terakhir sebelum mengantar Martunis ke Portugal. Munawardi juga mendukung Martunis untuk bisa latihan bersama Timnas U-19 saat tim tersebut melakukan Tur Nusantara ke Aceh dibawah asuhan Indra Sjafri. Lebih dari itu, komunikasi yang baik dengan kedutaan Portugal di Jakarta yang dibangunnya mampu mengantarkan Martunis tembus ke benua biru dan mengenakan jersey bergaris putih hijau itu. 


"Sepakbola yang terus membuat kami bisa jalan bersama, meski tidak punya ikatan keluarga. Tapi sepanjang belasan tahun kebersamaan itu, dia sudah seperti adik dan keluarga saya sendiri. Apalagi, saya sudah bersama Martunis sejak ia masih berusia 8 tahun," katanya.  


Dia bercerita, perkenalannya dengan Martunis berawal dari tugas liputan pada suata hari di akhir bulan Januari 2005. Namun hari demi hari saya melihat, keinginan dan kecintaan besar pada sepakbola yang membuat firasatnya meminta untuk terus membantunya hingga menjadi pesepakbola sukses," ujar Munawardi.


Ditanya kenapa begitu peduli dengan Martunis, Munawardi punya alasan tersendiri. "Begini, dulu Martunis itu saat tsunami, ia mengenakan jersey Portugal milik Rui Costa. Namun, yang kita lihat saat ini justeru CR7 yang paling peduli sama Martunis, seharusnya kan Rui Costa. Ini begitu juga, Ronaldo saja lebih peduli, kenapa kita tidak." 


Munawardi Ismail mengakui, sebenarnya saat Martunis menerima bingkisan baju Sporting Lisbon dari Portugal pada Februari 2015 lalu, dia sudah mendapat undangan untuk terbang ke Lisbon. Namun dijelaskannya, karena permintaan dari pihak terkait (Kedutaan Portugal di Indonesia) untuk merahasiakan kabar tersebut membuatnya tak bicara banyak. 


"Apalagi waktu itu usia Martunis masih 17 tahun, belum mendapat izin kerja di Eropa, Mei lalu saat usianya menginjak 18 tahun, baru kita bangun kembali komunikasi dengan mereka, dan pihak kedutaan mengurus semua berkas Martunis," jelasnya dengan penuh keikhlasan.


Menurutnya, ada kisah menarik saat Martunis menerima bingkisan berupa jersey Sporting Lisbon bernomor 28 bertuliskan Martunis CR dari suporter di portugal. Dari situlah cerita itu bermula, apalagi setelah suporter memberi saran kepada direksi klub untuk mendatangkan kembali Martunis ke Portugal. Alhasil, pengurus mengabulkan permintaan para fansnya itu," Munawardi mengisahkan.


Mengenai berapa kontrak yang diterima Martunis saat berlabuh ke Sporting Lisbon, pria yang murah senyum ini memohon maaf karena harus merahasiakannya. "Kontraknya satu tahun dan bisa saja diperpanjang, mengenai jumlahnya, itu masih harus dirahasiakan. Yang jelas lumayan lah. Namun saya selalu mengingati Martunis untuk betul-betul belajar disana, jangan pikir uang dulu karena ini momentum langka."


Menutup pembicaraan, Munawardi mengatakan dirinya sedang merampungkan sebuah buku tentang Martunis berjudul 'Life of Martunis' yang akan diluncurkan sebagai hadiah pada saat peringatan Tsunami 2015 mendatang. 



Ayah Martunis, Sarbini juga menyambut girang, anaknya bisa kembali ke Portugal. Hanya saja, dia mewanti-wanti dengan segudang nasihat agar selama di negara itu dia bisa menjaga diri. 


“Selain harus pintar-pintar menjaga diri karena hidup dirantau, juga harus tetap taat pada ajaran agama, sebelum berangkat, saya sudah ingatkan Martunis dengan petuah-petuah agama. Itu sudah menjadi kebiasaan masyarakat kita. Kita bekali dia dengan nasihat sebelum merantau, juga sudah ditepung tawari (peusijuek),” tutur Sarbini.


Kini mimpi Martunis telah terwujud untuk tampil bersama klub yang dicita-citakannya, terima kasih kepada orang yang telah mendukung perjuangannya. Tetap tersenyum Munawardi Ismail.[]


Tulisan ini sudah pernah dimuat oleh koran Harian Rakyat Aceh

No comments:

Post a Comment

Subscribe

Total Visitor Blog

Flickr