Friday, 21 August 2015

Bagaimana Jika Dahi Terhijab Saat Sujud?

Ilustrasi google

Sujud adalah salah satu rukun dalam salat. Ketika melaksanakannya, ada bebarapa hal yang harus diperhatikam dengan baik. Diantaranya adalah anggota tujuh yang harus merapat (mubasyarah) ke lantai (tidak boleh menggantung). Salah satu dari anggota tujuh tersebut adalah dahi.

Ada pembahasan spesifik menyangkut tentang dahi, hal ini seperti dilansir LBM Mudi Mesra, yaitu apabila tidak kita perhatikan dengan baik mengenai dahi ini, dapat menyebabkan batalnya salat. Pada saat melaksanakan sujud, bahagian dahi harus menyentuh tempat sujud, walaupun tidak semua bahagian dahi disyaratkan harus menyentuh tempat sujud.

Apabila seseorang meletakkan dahinya di atas kain yang bersambung dengan dirinya, maka terdapat dua tafsilan hukum.

Pertama, jika kain tersebut bergerak dengan sebab bergeraknya mushalli (orang salat), maka tidak boleh. Semisal sapu tangan atau ridak yang di letakkan di atas bahu. Otomatis ketika orang yang sedang salat bergerak, maka sapu tangan atau ridak tersebut pasti bergerak. Jika seseorang tahu hukumnya, maka dapat membatalkan salat. Namun jika tidak tahu, maka harus mengulang sujudnya (jika ada orang yang memperingatkannya dalam salatnya).

Kedua, jika tidak demikian, seperti seseorang salat memakai jubah yang sangat panjang sehingga bagian bawahnya tidak bergerak ketika ia bergerak dan ketika sujud meletakkan dahinya di atas jubah tersebut, maka tidak mengapa karena ketika itu jubah tersebut dianggap sama seperti sesuatu yang terpisah darinya.

Referensi:
1. Mughny al-muhtaj, juz.1, hal. 371 (dar kutub al-‘ilmiyyah)
(وَ) شَرْعًا (أَقَلُّهُ مُبَاشَرَةُ بَعْضِ جَبْهَتِهِ مُصَلَّاهُ) أَيْ مَا يُصَلِّي عَلَيْهِ مِنْ أَرْضٍ أَوْ غَيْرِهَا لِخَبَرِ «إذَا سَجَدْتَ فَمَكِّنْ جَبْهَتَكَ وَلَا تَنْقِرْ نَقْرًا» رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ فِي صَحِيحِهِ، وَلِخَبَرِ خَبَّابِ بْنِ الْأَرَتِّ «شَكَوْنَا إلَى رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - حَرَّ الرَّمْضَاءِ فِي جِبَاهِنَا وَأَكُفِّنَا فَلَمْ يُشْكِنَا: أَيْ لَمْ يُزِلْ شَكْوَانَا» رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ بِسَنَدٍ صَحِيحٍ، وَرَوَاهُ مُسْلِمٌ بِغَيْرِ جِبَاهِنَا وَأَكُفِّنَا، فَلَوْ لَمْ تَجِبْ مُبَاشَرَةُ الْمُصَلِّي بِالْجَبْهَةِ لَأَرْشَدَهُمْ إلَى سَتْرِهَا



2. Mughny al-muhtaj, juz.1, hal. 372 (dar kutub al-‘ilmiyyah)
(فَإِنْ سَجَدَ عَلَى مُتَّصِلٍ بِهِ) كَطَرَفِ كُمِّهِ الطَّوِيلِ أَوْ عِمَامَتِهِ (جَازَ إنْ لَمْ يَتَحَرَّكْ بِحَرَكَتِهِ) لِأَنَّهُ فِي حُكْمِ الْمُنْفَصِلِ عَنْهُ، إنْ تَحَرَّكَ بِحَرَكَتِهِ فِي قِيَامٍ أَوْ قُعُودٍ أَوْ غَيْرِهِمَا كَمِنْدِيلٍ عَلَى عَاتِقِهِ لَمْ يَجُزْ، فَإِنْ كَانَ مُتَعَمِّدًا عَالِمًا بَطَلَتْ صَلَاتُهُ أَوْ نَاسِيًا أَوْ جَاهِلًا لَمْ تَبْطُلْ وَأَعَادَ السُّجُودَ

No comments:

Post a Comment

Subscribe

Total Visitor Blog

Flickr