Tuesday 22 September 2015

Ruang Sempit Seniman Aceh

Seniman Muda | Berdiri kiri ke kanan, Fadhil, Dalga, Arnis, Fikri


Sebuah papan tipis berukuran sekitar lima kali dua meter tegak di halaman Balai Kota Banda Aceh, pada Selasa (1/9). Empat pria berkacamata hitam dengan leluasa menyemburkan cat ke bidang papan yang telah digariskan bentuk sebuah gambar.

Hari itu adalah peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke XXII di Banda Aceh. Gerakan berirama kiri ke kanan, dan atas ke bawah silih berganti. Racikan warna yang khas, membuat semua mata tertuju pada olahan empat pria ini.

Tak pelak, jarak yang hanya sekitar 15 meter sebelah kanan dari pintu masuk ke Balai kota Banda Aceh, membuat siapa saja yang masuk terpaksa berhenti sesaat. "Luar biasa gambarnya," kata salah satu pegawai balai kota dengan pakaian dinasnya.

Kelak, diketahui lukisan seniman muda ini bertema keluarga sejahtera di hari keluarga nasional. Taburan cat berwarna merah, biru, kuning dan hijau menghadirkan gambar seorang ayah, ibu, dan satu anak perempuan serta satu anak laki-laki. Di sisi kiri dan kanan bertulis BKKBN - Provinsi Aceh.

Namun demikian, dibalik suguhan kreasi lukisan yang membuat mata tak berkedip ini. Ada sebuah harapan yang belum tersampaikan dari benak pelukis-pelukis Aceh ini. Mereka merupakan seniman pelukis tembok, mural dan grafity dari komunitas Atjeh Slankers Club StreetArt.

"Biasanya kami lukis tentang sosial, kalau tema ini kita lukisnya satu jam," kata Arnis, salah satu anggota saat kami coba menghampiri. Tidak sendiri, hari itu, Arnis, Dalga, Fikri dan Fadhil.

Lantas, saya mencoba mengamati lebih jauh. Dalga, yang terlihat lebih berumur dari tiga lainnya mengatakan dirinya sudah mulai melukis di Banda Aceh sejak lima tahun silam. Salah satu karyanya yang selalu menjadi perhatian pengunjung Blang Padang, adalah lukisan di tembok lapangan Basket, Blang Padang. Diakuinya, lukisan itu dibuat empat tahun lalu.

Seniman muda ini mengaku, sangat sulit untuk mengekspresikan karyanya, karena tidak ada tempat untuk melukis di Banda Aceh. "Saya harus melukis di rumah sendiri, karena juga tidak ruang khusus yang diberikan untuk seni lukis di Banda Aceh," katanya.

Lanjutnya, menurut Dalga dan diiyakan tiga rekannya yang lain, akan lebih berwarna kalau kota ini juga dihiasi dengan seni lukis. "Karena ini keindahan, temanya kan bisa ditentukan oleh pemerintah, apa saja yang perlu dilukis," jelas Dalga.



Mengenai kendala dalam melukis, oleh Dalga dikatakan, adalah pemerintah daerah yang kurang memberi ruang untuk seni mural dan grafiti. "Ruang menggambar sempit disini."

Diakui Dalga dan Arnis, sangat banyak seniman di Aceh. Namun disayangkan, sebagian besar dari teman-temannya, meninggalkan Aceh dan memilih untuk tinggal di kota lain dan populer disana, juga tidak kembali lagi ke Aceh karena sempitnya ruang untuk seniman.[]

No comments:

Post a Comment

Subscribe

Total Visitor Blog

Flickr