Saturday 23 April 2016

Leicester City, Spirit Ranieri

Claudio Ranieri and Jamie Vardy


Penulis: ARIFUL AZMI USMAN

KEDUA tangannya menyilang erat di dada, matanya melotot tajam, jempol diikuti tangan kanannya tak jarang menahan dagunya. Rambutnya yang sudah memutih semakin kontras dengan setelan jas hitam yang dipakainya. Claudio Ranieri, nyaris seluruh dunia mengenal sosok itu.

Saya bukan orang yang pernah duduk semeja dengan pelatih berkebangsaan Italia ini, bukan teman ngopi yang bisa bertemu dengannya setiap waktu, saya hanya penikmat bola dan pengagum klub dari London, Chelsea. Ranieripernah disana sebelum 2004. 

Berbicara tentang Ranieri, berarti berbicara tentang Sepakbola, berbicara tentang Ranieri, berarti berbicara tentang Liga Inggris, tentang Leicester City, tentang Jamie Vardy, tentang Riyad Mahrez, tentang pemain yang tidak diterima oleh klub profesional lain, tentang perjuangan menjadi pemuncak klasemen Liga Inggris.

Saya tidak ingin memuji berlebihan, karena Ranieri sudah dipuji oleh dunia. Kalau dunia menyebut untuk Martunis Ronaldo (penyintas tsunami Aceh) adalah Dongeng dalam dunia Sepakbola, maka Leicester City dan Ranieri biar pembaca yang menyimpulkan. Semoga tidak berlebih.

Liga Inggris bukan liga yang mudah, kucuran dana dari pemilik klub yang berlimpah untuk membeli segudang pemain hebat, belum tentu bisa meraih juaranya. 

Leicester City adalah klub yang baru promosi ke kasta tertinggi di Liga Inggris, musim sebelumnya Leicester seakan hanya menjadi pelengkap papan klasemen liga ternama ini. Bahkan, banyak pengamat yang menilai, kehadiranRanieri pada musim panas lalu adalah petaka bagi Leicester City yang tengah membangun tim. 

Terlebih, pelatih 64 tahun itu, akrab dengan julukan 'Tinkerman', kebiasaannya yang suka gonta-ganti formasi tim.

Secara raihan trofi, Ranieri bisa dibilang tak begitu sukses. Prestasi terbaiknya adalah meraih trofi-trofi turnamen seperti Coppa Italia, Super Coppa, Copa del Rey, UEFA Intertoto, dan UEFA Super Cup. Ya, meski sejumlah tim besar pernah dilatihnya, ia belum pernah sekalipun menjadi juara liga.

Tercatat 14 tim telah ditukangi Ranieri, termasuk Fiorentina, Napoli, AS Roma, Juventus, Parma, Inter Milan Chelsea, Atletico Madrid, dan Valencia. 

Dalam catatan Ranieri yang diterbitkan theplayerstribune.com 6 April 2016, Ranieri menulis: Saya ingat pertemuan pertama dengan presiden klub ketika tiba di Leicester City musim panas lalu. Dia duduk bersama saya dan berkata, "Claudio, ini adalah tahun yang penitng bagi klub. Sungguh sangat penting bagi kami untuk bertahan di Premier League. Kami harus tetap bertahan."

Saya menjawab, Oke, pasti. Kami akan bekerja keras di lapangan latihan dan mencoba menggapainya." 40 poin adalah target yang dibebankan pada Ranieri untuk Leicester City bertahan di Premier League, untuk memberikan musim lain kepada fans.

Leicester City Training Session, Okazaki (kiri), Kante (kanan)
Bukan sebuah mimpi, The Foxes juga tidak bermimpi. 11 April 2016, Leicester City berada di puncak Klasemen Liga Inggris dengan torehan 72 poin. Pada hari yang sama tahun lalu, klub ini berada di dasar klasemen. Kini klub bertabur bintang dan nama besar semisal Machester City, Liverpool, Arsenal dan juara bertahan Chelsea masih berjuang untuk bisa tembus ke papan atas.

Ranieri pernah mengatakan, ada satu pemain, namanya N'Golo Kante, barangkali tak ada yang mengenal nama ini sebelumnya. "Dia selalu berlari tanpa henti, sehingga saya berpikir mestinya ada satu lusin baterai yang tersimpan di balik celananya. Dia tak bernah berhenti berlari dalam latihan," tulis Ranieri.

Saya katakan kepadanya, "Hei, N'Golo, lebih pelan. Lebih pelan. Tak perlu berlari terus setelah mengoper bola, oke?"

Dia menjawab, "Ya, bos. Ya, oke."
Dan kemudian, beberapa detik berlalu, saya melihat ke sisi lain dan dia sudah berlari lagi.

Ranieri berkata kepadanya, "Suatu hari saya ingin melihat kamu melepaskan umpan silang dan kemudian kamu sendiri yang menyelesaikannya dengan sundulan."

Ranieri adalah motivator bagi pemain Leicester, bagaimana tidak, datang untuk menyelamatkan tim dari degradasi, justru Leicester kini berada di puncak klasemen. 

Bukan tentang kontrak besar yang dimiliki oleh pemain, bukan tentang gaji besar yang diterima setiap pekannya. Dan ini menurut Ranieri bukan lah mimpi. "Kami berusaha, bekerja keras."

Jika Jose Mourinho mengatakan bahwa upaya membawa Chelsea mempertahankan gelar juara Liga Inggris sebagai Mission Impossible, maka Leicester City menunjukkan bahwa tidak ada kemustahilan dalam sepak bola. 

Di antara berbagai kejutan yang dilahirkan Liga Inggris dalilam 32 pekan musim ini, kisah tentang Leicester memang bisa jadi yang paling mengagetkan. Memiliki skuat yang dibeli dengan harga murah, serta dilatih oleh manajer yang dianggap gagal, The Foxes kini bertengger di puncak klasemen.

Riyad Mahrez
Total 72 angka telah mereka kumpulkan dari 21 kemenangan, sembilan kali imbang, dan tiga kali dikalahkan lawan. 

Leicester City kini menyisakan lima pertandingan, 26 pemain, dan tentu dengan 26 otak berbeda. Spirit dan determinasi tinggi telah membuat tim kecil ini disegani tim besar. 

Dalam tulisannya di theplayerstribune.comRanieri mengakui bahwa beberapa tahun lalu banyak diantara pemainnya yang bermain di liga level rendah. Vardy bahkan bekerja di pabrik. Kante bermain di kasta ketiga Liga Prancis. Mahrez malah di kasta ke empat Liga Prancis. Namun, kini Mahrez dan Vardy menjadi duet maut di Liga Inggris, sekaligus menjadi salah satu pencetak gol terbanyak.

Juara atau tidaknya klub yang bermarkas di King Power Stadium ini, memang patut dinanti hingga akhir musim. Tapi itu bukanlah pelajaran terakhir bagi dunia sepak bola. Namun hal terpenting bagi pesepak bola muda dimanapun untuk membuka mata adalah tentang cerita Leicester ini.

Karena ini adalah merupakan sebuah harapan baru bagi pemain muda dan tim sepakbola seluruh dunia, bahkan Indonesia sendiri. Bahwa sepak bola bukan saja soal materi, tapi tentang loyalitas, membuka hati dan membuka pikiran. Vardy, Kante dan Leicester City sudah membuktikan.[]

No comments:

Post a Comment

Subscribe

Total Visitor Blog

Flickr