Tuesday 1 March 2016

Hendra Darmawan; Bangkit dari Tsunami dan Berprestasi

Hendra Darmawan

NASIB manusia, tentu saja berbeda-beda, namun usaha yang dilakukan dan ketabahan dalam menghadapi cobaan, adalah nilai plus yang terkadang tidak dimiliki oleh setiap orang. Banyak orang yang gagal mencapai puncak karirnya ketika berhenti berjuang, padahal sudah berada pada titik akhir menuju impiannya. Inilah pelajaran hidup dari seorang Hendra Darmawan.

Hendra Darmawan. Pria berkulit sawo matang ini, kini menjadi jawara sejati dalam dunia beladiri Karate. Mulai dari tingkat daerah, provinsi, nasional, maupun Internasional, sejumlah medali telah berhasil dia dapatkan, serta mampu mengharumkan nama negeri leluhur.

Pria yang kini sudah menjadi prajurit TNI AD yang berdinas di POMDAM Iskandar Muda, sudah melalui lika-liku kehidupan yang bermacam. Bukanlah hal yang mudah baginya juga, untuk menjadi seorang atlet yang diperhitungkan di kancah Nasional maupun Internasional. Ada perjuangan besar, dan pengorbanan yang telah dirinya lakukan untuk meraih impiannya.

Pada dasarnya, Hendra sudah mengenal dunia bela diri yang berasal dari negara sakura itu sejak dirinya duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Saat itu dirinya berusia enam tahun. "Bambang Maulidin abang saya, dialah yang membuat saya termotivasi untuk latihan," kata Hendra tersenyum saat dijumpai di tempatnya bertugas.

Bambang Maulidin adalah Karateka Aceh, Indonesia peraih medali emas SEA Games XXII/2003, di Hanoi Vietnam. Pastinya, sebagai seorang adik, Hendra bisa belajar banyak dari kesusksesan seorang abang. Sejak saat itu, Hendra terus membangun tekad untuk mampu menyamai atau lebih dari prestasi-prestasi yang pernah diukir oleh abang kandungnya itu.

Hendra mengakui, pesan dan dukungan dari orang tua dan abangnya adalah modal utama dirinya mampu mencapai kesuksesan. "Terus berusaha, kerja keras, berlatih pantang menyerah dan berdo'a, Insya Allah pasti berhasil," demikian pesan orang terdekat Hendra, dirinya mengulang.

Kegagalan adalah hal yang pertama dirasakan oleh pria kelahiran Banda Aceh, 3 Juni 1987 ini dalam meniti karir di dunia Karate, sebelum merasakan kemenangan. Pertama kali turun di Kejurda FORKI Aceh, tahun 1999, saat masih duduk di kelas 1 SMP, dirinya gagal meraih juara.

Namun, Hendra kecil tidak sedikit pun patah semangat. Terbukti, semangat pantang menyerah yang ditanamkan keluarganya mampu dijawab oleh Hendra. Selang setahun, di usia yang baru menginjak 13 tahun, Hendra berhasil mengukir prestasi di Kejurda FORKI Aceh dalam keikutsertaannya pada kali kedua, tahun 2000. Prestasi itu pun mampu dipertahankannya hingga tahun 2004, sebelum Tsunami menerpa bumi Serambi Mekkah.

Tsunami dan Cita-cita Hendra
Minggu pagi 26 Desember 2004, gempa berkekuatan 9,1 sampai 9,3 skala Richter mengguncang dasar laut di barat daya Sumatra, sekitar 20 sampai 25 kilometer lepas pantai. Sekitar 228.000 orang meninggal akibat gempa dengan kekuatan 9,1 dan gelombang raksasa yang menerjang pesisir Aceh pada 26 Desember 2004.

Kejadian tersebut memang sudah terjadi satu dekade yang lalu, tapi bencana terdahsyat di abad ini tersebut meninggalkan kisah bagi seorang Hendra. Bagaimana tidak, Hendra yang saat itu duduk di kelas 2 SMA merasakan langsung bencana itu, dirinya sedang ikut lomba lari di Blang Padang, Banda Aceh, dan hanya mampu menatap kosong dengan keadaan.

Kedua orang tuanya, Mardeli (Ayah) dan Hj. Helmiah (Ibu) menjadi korban dari keganasan air laut itu. Serta satu kakak (Meri Susanti) dan adiknya (Intan Oktavia) juga ikut terseret arus gelombang, Hendra sendiri berhasil selamat berkat panjatannya ke pohon Asam. "Saat itu semua mungkin tidak percaya bagaimana air laut naik," katanya. Kini Hendra tinggal bertiga selamat bersama dua saudara kandungnya (Bambang Maulidin-Hermanto).

Bagi setiap orang, kehilangan orang yang sangat dicintai bukanlah perkara mudah, itulah yang dialami seorang Hendra kala itu. Namun, singkat kisah, Hendra mampu keluar dari kisah pahitnya dan melanjutkan cita-citanya menjadi tentara.

Hendra bersaudara patut berterima kasih kepada Bapak Drs. H. Hendardji Soepandji, SH yang saat itu menjabat komandan pusat polisi militer (DANPUSPOMAD) dan Dr Ratna Rosita yang menjabat dirjen kesehatan saat itu, karena telah menjadikannya sebagai anak angkat. "Ribuan terima kasih kepadanya, hingga kami berhasil seperti saat ini."

Kejadian Tsunami sempat membuat Hendra berhenti dari dunianya sesaat, namun motivasi dan semangat dari keluarga Hendardji membuat semangat Hendra untuk berlatih kembali tumbuh. Tahun 2005 setelah kejadian tersebut, Hendra kembali mencoba masuk kembali ke dunia karate dengan dukungan penuh dari keluarga barunya.

Anak dari pasangan Mardeli dan Hj. Helmiah ini, pada tahun 2005 menyelesaikan pendidikan SMAnya. Di tahun yang sama, tepatnya 29 September 2005, Hendra yang sudah mulai dewasa mengikuti kejuaraan SELEKNAS Karate Junior di Bandung.

"Alhamdulillah saya mendapatkan juara 2 kelas -60kg putra junior, dan pada tahun 2006 saya mengikuti kejuaraan AKF Championship di Singapore, dapat juara tiga di kelas yang sama."

Berkat do'a dari keluarga dan dukungan sahabat, setelah pulang dari Singapore, Hendra mengikuti tes TNI-AD tahun 2006 dan berhasil lulus. Tahun 2007 Hendra mengikuti kecabangan pendidikan polisi militer (POM) di Cimahi, Bandung.

Menjadi TNI-AD ternyata membuat karir pria yang memiliki tinggi 170 cm ini terus melonjak. Tahun 2008 Hendra mendapat juara 1 Kejurnas Piala Walikota Malang, tahun berikutnya meraih kembali juara 1 dalam Kejurnas PORAD di Semarang. "Di tahun yang sama, saya mendapat piagam penghargaan dari Pangdam Iskandar Muda."

Sejumlah medali terus kembali diraih oleh Hendra selanjutnya dalam berbagai kejuaraan yang diikutinya, mulai kejurnas OSO Cup, Pra PON, POMNAS, hingga bermain untuk timnas.

Diakui Hendra, saat itu karirnya semakin meningkat tajam, pada tahun 2012 dirinya kembali ikut ambil bagian dalam beberapa event kejurnas, seperti MARINIR Open di Surabaya mendapat juara 1, dan bergabung dengan timnas kembali untuk mengikuti World Karate Federation (WKF) League di Paris, Prancis.

Sepulangnya dari Prancis, dalam PON yang berlangsung di Riau, Hendra mendapat juara tiga. Dirinya diberi penghargaan dari Komandan Pusat Polisi Militer (DANPUSPOM) di Jakarta. Awal tahun 2013, usai meraih juara dua piala KASAD, Hendra kembali bergabung dengan Timnas dalam rangka pelatnas SEA Games, serta kejuaraan dunia di Indonesia pada bulan Juni di tahun yang sama.

Prestasi membanggakan yang lainnya yang berhasil diraihnya adalah menjadi juara 1 dan best of the best putra di kejuaraan Piala Panglima TNI di Jakarta. Setelah pulang dari kejuaraan tersebut, penghargaan dari Pangdam Iskandar Muda dan kepala staff angkatan darat (KASAD) menjadi miliknya.     

Terakhir, di tahun 2015 Sertu Hendra mendapat penghargaan setelah menyumbang medali emas dalam kejuaraan panglima TNI di Jakarta, Pangdam IM Mayjen TNI Agus Kriswanto memberikan apresiasi dengan memberangkatkan sang juara untuk umrah ke tanah suci pada bulan Mei 2015, selama dua Minggu.[]

No comments:

Post a Comment

Subscribe

Total Visitor Blog

Flickr