Saturday 27 June 2015

Kanji Rumbi dan Tradisi Saling Berbagi

Kanji Rumbi dan Tradisi Saling Berbagi


BANDA ACEH-Minggu pertama bulan Ramadhan tahun 1436 H/2015 M akan segera berakhir, tiga pekan lagi bulan Ramadhan juga akan meninggalkan kita. Ada banyak hal yang bisa dilakukan selama bulan Ramadhan untuk mengisi pahala di bulan yang suci ini. Bersedekah dan sebagainya.

Lebih dari itu, makanan yang menjadi tradisi masyarakat Aceh yang nyaris tidak tersedia di hari-hari biasanya juga ada di bulan yang penuh keberkahan ini. Salah satunya adalah Kanji Rumbi, di sebagian wilayah lain di Indonesia mungkin akan menyebut istilah makanan khas ini sebagai bubur, karena jika dilihat sepintas mirip dengan bubur yang dijual di beberapa tempat selain di Indonesia.

Namun begitu, Kanji Rumbi tetaplah Kanji Rumbi, di Aceh makanan yang kaya aroma ini hanya akan ada di bulan Ramadhan, dan jarang bisa didapatkan di selain bulan tersebut. Berbicara Kanji Rumbi tentunya bukan saja sebatas rasa setelah dihidangkan, namun proses pembuatannya juga bisa dinikmati oleh siapa saja.

Banda Aceh adalah Ibu Kota Provinsi Aceh, semua orang mengetahui hal ini, sebagai Ibu Kota Provinsi orang akan beranggapan kota tersebut sebagai kota yang modern tanpa mengenal lagi budaya-budaya dan kebersamaan masyarakatnya.

Sepertinya, anggapan yang demikian terbantahkan di provinsi Aceh. Salah satunya adalah Gampong Beurawe, Kecamatan Kuta Alam yang terletak di wilayah kota Banda Aceh. Saat wartawan koran ini berkunung ke Gampong yang berpenduduk 5.795 jiwa ini, asap terlihat dari jalan utama Gampong ini yang berasal dari Masjid Al-Furqan Beurawe.

Aroma wangi langsung tercium dari belakang Masjid yang sedang dalam proses pembangunan ini. Tidak menunggu waktu lama, kami pun langsung masuk ke pekarangan masjid dan menuju belakang masjid yang menjadi sumber wangi tersebut, sesaat kemudian jelas terlihat empat orang pria sedang mengaduk dua wajan besar di sebuah dapur yang berukuran sekitar 4x5 meter.

Mereka terlihat silih berganti mengarau dua belanga besar tersebut yang memiliki kedalaman sekitar setengah hingga satu meter. Meski api yang membakar belanga begitu panas, namun wajah keempat pria ini begitu terlihat tulus, dan begitu disapa, wajah keempatnya langsung tersenyum.

Budi Darma alias Bang Agam, salah satu kokinya mengatakan, tradisi yang mereka lakukan adalah tradisi turun temurun di Gampong tersebut. "Kami generasi kelima dalam hal memasak Kanji Rumbi disini, dan hanya kita masak setiap bulan Ramadhan tiba," ujar pria yang murah senyum ini dengan bahasa Acehnya yang fasih.

Konon, sebagian orang bahkan mengatakan Kanji Rumbi merupakan makanan warisan sultan. Diceritakan Bang Agam mereka setiap hari di bulan Ramadhan sudah mulai memasak Kanji Rumbi sejak pukul dua siang, Kanji Tersebut akan siap dihidangkan setelah dua jam atau tiga jam.

Kanji rumbi dimasak dengan berbahan utama beras dan rempah-rempah sebagai pelengkap rasanya, lazimnya kanji rumbi juga dicampur dengan udang dan potongan daging. Sama halnya di Beurawe, potongan udang menjadi pilihan utama selain rempah-rempah seperti wortel dan kentang yang dipotong bak dadu.

Tidak sebatas makanan biasa, berdasar kandungannya seperti kentang, wortel, jahe, bawang, daun sop, dan lainnya, kanji rumbi ini juga mengandung banyak khasiat yang dinilai ampuh sebagai obat masuk angin dan maag. Menariknya lagi, diakui Bang Agam dan diiyakan tiga rekannya, Rafi, Bustami dan Isbul. Mereka memasak secara sukarela untuk siapa saja yang akan berbuka puasa di Masjid Al-Furqan Beurawe.

"Semua bahannya dan kebutuhan untuk kanji ini adalah sumbangan dari masyarakat, masyarakat disini masih sangat menikmati makanan yang seperti ini, setelah selesai di masak sekitar setengah jam saja sudah habis kita bagi," jelasnya.

Selang beberapa saat, azan pun berkumandang, dan masyarakat mulai berdatangan dengan membawa rantang, mangkok, piring dan beberapa peralatan lainnya untuk dikumpulkan dan diisi dengan kanji rumbi. Mulai dari anak-anak, ibu-ibu hingga bapak-bapak, selesai melaksanakan shalat ashar, mereka langsung mengambil barang yang mereka titip untuk dibawa pulang dan berbuka di rumah bersama keluarga. Sebagian lain juga antri untuk mendapatkan kanji rumbi yang dibagikan.

Berbeda suasana di dalam Masjid, piring-piring juga mulai ditata rapi untuk jamaah yang berbuka puasa di masjid tersebut, kanji rumbi dihidangkan dan tidak lupa bawang goreng diatasnya yang membuat para penikmatnya seakan tidak sabar untuk terus mencicipi makanan yang satu ini.

Begitulah salah satu rutinitas kegiatan selama Ramadhan yang dilakukan oleh masyarakat Gampong Beurawe. Pastinya, selain di Gampoeng Beurawe, hampir disetiap kabupaten kota di Aceh juga melakukan hal yang sama, meski terkadang bumbu racikannya saja yang berbeda. Namun kebersamaan dan saling berbagi tetaplah budaya Aceh yang akan terus dijaga turun temurun oleh masyarakatnya. Selamat Ramadhan, selamat mencoba.

No comments:

Post a Comment

Subscribe

Total Visitor Blog

Flickr